Ala pengamen atau ala sekolahan?
Bukan bermaksud mendiskreditkan salah satu pihak, tapi ini analisa kami sepuluh tahun lebih menjalankan kursus musik. Banyak murid yang betah belajar bertahun-tahun tapi kemajuannya sangat kurang. Buat kami situasi ini bikin gemes, sayang sekali sumber daya yang telah dikeluarkan. Waktu, tenaga dan biaya. Dari pihak kami, tentu terus berusaha mengevaluasi kurikulum, materi dan metode mengajar. Sementara kalau bertanya kepada siswa, “Sudah latihan belum seminggu ini?” Jawaban kebanyakan adalah ‘belum’, ‘tidak sempat’ atau ‘sudah, sebentar’ (‘sebentar’ ini seringkali maksudnya beberapa menit, bahkan beberapa saat sebelum datang kursus/les, oowwh).
Sekilas pengamen kebanyakan:
- Belajar otodidak (tidak pakai kursus), biasanya diajari temannya
- Belajarnya bersemangat dan latihan terus
- Waktu belajar cukup singkat (yang lama latihannya)
- Bisa cari akor dan melodi sendiri
- Saat sudah bisa main musik banyak memberi manfaat, seperti menghibur diri sendiri, menghibur orang lain dan buat cari uang
- Percaya diri tampil di depan banyak orang
Pengamen main instrumentalia semi klasik
Ini pengamen keren sebelumnya paling tinggi dikasih 50 ribu, tiba-tiba dikasih 1 juta
Pengamen solo yang tampilan masa kini, pakai gadget, update lagu dan suara keren
Sekilas anak sekolahan/kursus musik kebanyakan:
- Belajarnya di tempat kursus, bayar, mahal pula
- Terlihat kurang semangat dan kurang serius (maksudnya jarang latihan, pasif saat belajar dan sikap lainnya)
- Waktu belajar sampai bertahun-tahun (dan hasilnya kurang maksimal)
- Cari akor dan melodi dibantu pengajar, google dan youtube
- Minim manfaat (latihan saja jarang)
- Kurang percaya diri tampil di depan banyak orang
Baca juga: Not balok bikin pusing? Ada not angka, tabulasi atau tanpa pakai not
Nah kamu pilih belajar ala pengamen atau anak sekolahan? Karakter seseorang kenyataannya mengambil peranan penting dalam kemajuan belajarnya. Karakter yang lemah, lembek, hidupnya penuh dengan gaya hidup asas kesenangan, akan sulit untuk tekun mempelajari sesuatu. Mungkin baiknya kalau metode belajar ala pengamen ditunjang ala sekolahan atau ala sekolahan yang juga belajar ala pengamen.
Baca: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN MUSIK
Saat menyusun kurikulum Namul-yang kami istiahkan dengan pendidikan musik psikologis-, kami mencoba menggabungkan konsep ala pengamen dan ala sekolahan. Apakah metode ini lebih baik dari metode konvensional?
Yang pasti, ini memberi variasi pilihan bagi siapa saja yang ingin belajar musik. Tentu Namul membangun kurikulum tersebut dengan maksud dan tujuan tertentu. Beberapa langkah strategis Namul dalam membangun metode belajar adalah:
- Membuat kurikulum dan materi yang (lebih) mudah dimengerti
- Membangun suasana menyenangkan
- Mengembangkan imajinasi dan kreatifitas, tidak semata-mata membaca notasi
- Mengutamakan mengikuti selera dan keinginan siswa dalam mempelajari komposisi lagu yang disukai
- Membangun karakter positif dalam proses belajar/berlatih